Cari Blog Ini

Google Website Translator Gadget ( pilih bahasamu)

Kamis, 03 Maret 2011

Konser BJORK : Gaya Nyleneh, Musik Aneh & Multimedia Ciamik

 
APA yang bisa dinikmati dari konser yang lagu-lagunya nyleneh, performance panggungnya kaya 'anak SD lagi senam' dan perangkat multimedia yang ciamik? Mungkin banyak yang kebingungan mengkategorikan musik yang dianut oleh penyanyi asal Islandia, BJORK. Tapi jangan tanya ngerti apa nggak, karena penyanyi bernama asli Bjork Effing Awesome Gudmundsdottir ini tak mengharuskan fansnya mengerti. "Nikmati sajalah!" tukasnya.

Dan itulah yang digeber oleh Bjork dalam konsernya 'Volta Tour 2008' di Stadion Tennis Indoor Jakarta, Selasa [12/2/2008]. Penyanyi yang kerap tampil eksentrik ini kemudian "menyulap" sekitar 3000-an penonton yang sebagian besar remaja itu, untuk tetap tak beranjak dari kursinya. Padahal lagu dan musiknya termasuk "tidak ringan" untuk dikunyah.

Sempat "dikagetkan" dengan hujan lebat sore hari yang mengguyur seantero Jakarta, konser yang dimulai sekitar pukul 20.45 WIB itu malah terang dipayungi mendung. Sebelumnya sudah beredar kabar, banyak pantangan yang diminta Bjork. Perempuan nyleneh ini menolak kamera dalam bentuk apapun, termasuk dari handphone. Kemudian AC baru boleh dinyalakan setelah masuk lagu keempat.

Dengan kostum yang "ribet' Bjork muncul dengan 'nyeker' tanpa alas kaki. Bjork muncul di panggung setelah 10 pemain alat tiup logam yang merangkap sebagai penyanyi latar--kebanyakan perempuan--bersama para pemain musik, programmer, dan juru multimedianya siap dengan alat mereka.

Lagu pertama diambil dari kantong album terakhirnya, Volta lewat lagu berjudul 'Earth Intruders'. Inilah lagu yang berbau Indonesia, karena terinspirasi dari tsunami di Aceh. Entah apakah karena ada korelasinya dengan Indonesia, penonton tampak terperangah dengan gaya Bjork yang unik itu.

Lagu selanjutnya nyaris dipilih tempo yang seragam, lambat dan medium. Tak heran, penonton awalnya terbawa serius dan tertegun melihat aksi Bjork yang mulai "menggila" itu. Lagu bertempo lambat dan gaya yang ekspresif itu bertahan hingga sepertiga penampilannya.

Dan kemudian Bjork memaku fansnya, saat gelinjang multimedianya mulai bermain. Laser warna hijau yang menyorot, dan permainan multimedia yang membentuk komposisi cantik dengan barisan pemain alat tiup.

Entah apa maksudnya, di atas panggung ada tiga televisi layar datar. Sementara itu di latar panggung dipasangi sejumlah bendera merah dan kuning bergambar katak, burung, buaya, dan ikan. Bendera-bendera ini dipasang berjuntai. Di punggung setiap pemain alat tiup juga dipasang bendera merah kecil-kecil. Pencahayaan yang dimainkan dengan apik membantu Bjork, yang mengenakan kostum penuh ruffle berwarna merah dan kuning keemaasan, yang selaras dengan warna kostum para pemusik tiup dan dekorasi panggung, yaitu merah, biru, dan kuning.

Tak banyak bicara. sampai ketika mendekat akhir konsernya, ibu tiga anak ini mencoba berdialog. Aksen Inggrisnya yang unik, membuat Bjork makin misterius saja. Sampai akhirnya mengeluarkan encore Oceania dan Declare Independence, ia terlebih dulu memperkenalkan para pemain pendukungnya di panggung satu persatu.

Oceania ia bawakan hanya diiringi para pemainan alat tiup, sedangkan Declare Independence, yang bertempo cepat dan disajikan bersama semua pemain pendukung, membawa penonton berjingkrak lagi. Confetti dan sinar laser pun ditebar lagi, dilengkapi semburan dry ice.

Menikmati Bjork memang seperti menikmati "kesendirian" dengan ornamen dan lirik musikalnya yang makin filosofis. Dia enteng saja berkubang dengan tribal atau trance music, tapi tiba-tiba menukik dengan sentuhan hip-hop atau rock. tapi menikmati Bjork, membuat kita mengerti, musik adalah alat yang bisa bersinergi dengan segala genrenya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar